
Pendekatan Desain Partisipatif untuk Perancangan Mural di Kampung Kreatif Bojongmalaka
Bandung, 2025 – Fasilitas publik yang memadai tidak hanya mendukung kegiatan seni dan budaya, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurut laporan World Health Organization (WHO), akses terhadap fasilitas publik yang baik dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik individu. Di Bojongmalaka, banyak warga yang terlibat dalam kegiatan kreatif, namun seringkali terhambat oleh minimnya ruang publik yang memadai. Penelitian ini akan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan fasilitas tersebut dan memberikan rekomendasi desain berdasarkan pendekatan partisipatif.
Pentingnya pendekatan desain partisipatif dalam perencanaan fasilitas publik tidak dapat diabaikan. Metode ini melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, sehingga hasil yang dicapai lebih sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka. Sebuah studi oleh Cornell University menunjukkan bahwa proyek yang melibatkan partisipasi masyarakat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji bagaimana pendekatan ini dapat diterapkan di Bojongmalaka untuk menciptakan fasilitas publik yang tidak hanya fungsional tetapi juga berkelanjutan.
Potensi pemberdayaan masyarakat sasar dalam pengabdian masyarakat ini sangat besar, mengingat inisisasi kampung kreatif hasil swadaya masyarakat. Berikut adalah potensi pemberdayaan masyarakat sasaran dalam pengabdian ini:
- Keberlanjutan Komunitas
Kegiatan pengabdian ini dapat memberikan dampak yang berkelanjutan bagi komunitas melalui eksistensi melalui fasilitas publik. - Peningkatan kesadaran komunitas
Melalui pendekatan desain partisipatif semua elemen akan terlibat dalam proses perancangan dan pembuatan fasilitas publik sehingga memberi motivasi dalam memiliki dan melanjutkan komunitas. - Pengembangan Wirausaha
Pengabdian ini menjadi jangkar dalam keberlanjutan kegiatan wirausaha yang sudah terlaksana. - Kemandirian dan Keberdayaan Ekonomi
Pengabdian ini dapat menciptakan peluang untuk mengembangkan proyek- proyek mandiri yang berpotensi meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat sekitar.
Solusi yang dihasilkan dari pengabdian masyarakat ini terletak pada peracangan dan pengadaan fasilitas publik melalui pendekatan desain partisipatif. Dengan mengadopsi pendekatan ini, permasalahan yang muncul dapat diatasi secara holistik, menghasilkan solusi yang tidak hanya praktis, tetapi juga memperhitungkan aspek keberlanjutannya.
Pertama, observasi komunitas memungkinkan tim abdimas dapat memetakan stakeholder sehingga dapat jelas terurai siapa saja yang berperan penting di komunitas ini dan pendekatan seperti yang dilakukan untuk melakukan desain parisipatif.
Kedua, melalui Focus Group Discussion (FGD) setiap kebutuhan para stakeholder dapat terpenuhi dan tertuang dalam perancangan fasilitas publik ini.
Terakhir, melalui pembuatan fasilitas publik diharapkan dapat memberikan dampak yang nyata yang bagi Komunitas. Fasilitas ini akan menjadi memoribilia bagi komunitas karena dihasilkan atas ide dan pemikiran mereka, secara jangka panjang dapat meningkatkan kesadaran terhadap keberlanjutan eksistensi komunitas.
Metode dan tahapan pengabdian kepada masyarakat dalam pengabdian ini akan dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur dengan tahapan berikut :
Identifikasi kebutuhan fasilitas publik melalui identifikasi para stakeholder, lokasi fasilitas publik dan jenis fasilitas publik.
Merumuskan masalah yang terjadi terutama pada kebutuhan stakeholder terhadap fasilitas publik yang akan dibuat. Rumusan masalah ini kemudian menjadi data untuk dijadikan batasan-batasan pada kegiatan FGD selanjutnya.
Ideasi produk secara partisipatif untuk menentukan fasilitas publik yang akan dibuat. Pembuatan fasilitas publik oleh komunitas sebagai bentuk nyata dalam pengabdian masyarakat dengan memberikan hasil akhir produk yang dapat digunakan oleh komunitas.
1. Melalui FGD yang difasilitasi oleh tim abdimas, masyarakat memiliki kesadaran bahwa area di lingkungan mereka butuh ditata ulang dan area tersebut harus area yang penting. Kemudian secara musyawarah masyarakat memilih salah satu gang yang menjadi akses komunitas untuk menuju lokasi anchor point Desa. Gang tersebut adalah area yang sering dilewati dan menjadi akses jika akan mengadakan acara desa dan penyambutan tamu.
2. Di dalam gang tersebut terdapat jalan beton, tembok rumah, selokan dan tanaman perdu. Sebagai area yang penting masyarakat merasa bahwa gang tersebut harus ditata sehingga dapat mencerminkan identitas desa sebagai kampung kreatif. Melalui musyawarah masyarakat memilih mural sebagai bentuk penataan gang.
3. Sebagai identitas desa mural tersebut harus merepresentasikan beberapa kata kunci yang telah disepakati oleh masyarakat yaitu olah raga voli, kesenian jaipongan dan kerajinan sepatui. Kata kunci tersebut tercetus oleh kegiatan FGD yang difasilitasi oleh tim abdimas.
4. Dari kata kunci tersebut kemudian dibuat sebuah lomba sketsa mural yang diikuti hanya oleh masyarakat desa bojongmalaka. Kemudian terpilih sebuah sketsa mural oleh tim penilai dan kemudian ditransfer menjadi grid model untuk menjadi acuan dalam pembuatan mural.
5. Mural dilakukan dalam 10 hari oleh rata-rata 8 orang masyarakat desa bojongmalaka di setiap harinya. Prosesnya yaitu, 1 hari untuk aplikasi cat dasar berwarna putih, 3 Hari untuk membuat outline, 4 hari untuk colour fill, 2 hari untuk detailing.